Vihara Buddhagaya Watugong Semarang


Vihara Buddhagaya Watugong adalah sebuah Vihara yang diresmikan pada 2006 lalu dan dinyatakan MURI sebagai pagoda tertinggi di Indonesia. Vihara Buddhagaya Watugong terletak 45 menit dari pusat Kota Semarang. Vihara ini memiliki banyak bangunan dan berada di area yang luas.

Salah satu ikon yang paling terkenal di vihara ini adalah Pagoda Avalokitesvara (Metta Karuna), dimana didalamnya terdapat Buddha Rupang yang besar. Pagoda Avalokitesvara yang memiliki tinggi bangunan setinggi 45 meter dengan 7 tingkat, yang bermakna bahwa seorang pertapa akan mencapai kesucian dalam tingkat ketujuh.
Bagian dalam pagoda berbentuk segi delapan dengan ukuran 15 x 15 meter. Mulai tingkat kedua hingga keenam dipasang patung Dewi Kwan Im (Dewi Welas Asih) yang menghadap empat penjuru angin. Hal ini bertujuan agar sang dewi memancarkan kasih sayangnya ke segala arah mata angin.

Pada tingkat ketujuh terdapat patung Amitaba, yakni guru besar para dewa dan manusia. Dibagian puncak pagoda terdapat Stupa untuk menyimpan relik (butir-butir mutiara) yang keluar dari Sang Buddha. Bagian depan pagoda juga terdapat patung Dewi Welas Asih serta Sang Buddha yang duduk dibawah pohon Bodi.
Di Komplek Vihara juga terdapat cotage untuk para tamu menginap. Tepat di depan cotage terdapat Bangunan Dhammasala. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar digunakan untuk ruang aula serbaguna yang luas dengan sebuah panggung didepannya sedangkan lantai atas untuk ruang Dhammasala.

Pada bagian tembok pagar disekiling dhammasala terdapat relief yang menceritakan tentang paticasamupada. Dengan melihat relief ini kita akan lebih mudah memahami konsep paticasamupada
Semuanya bagian dalam komplek Vihara ditata dengan rapi dipadukan dengan keasrian lingkungannya serta ditambah dengan keindahan arsitektur Tiongkok menjadikan tempat ini relatif menyenangkan untuk berziarah serta beribadah maupun sekedar mampir untuk istirahat melepas lelah karena dalam perjalanan.

Jika sedang berwisata ke Semarang, tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk mengunjungi  salah satu obyek wisata Kota Semarang

Museum Purbakala Sangiran Solo


Salah satu objek wisata menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).

Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh, serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo.


Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk tampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.

Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi, Bandung, dan Laboratorium Paleoantropologi, Yogyakarta. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.

Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.

Wisata Alam Bandungan Semarang


Bandungan adalah salah satu obyek wisata pegunungan yang ada di Kabupaten Semarang. Obyek wisata ini dapat ditempuh dengan kendaraan selama 1 jam di sebelah selatan Semarang. Di Bandungan ini mempunyai udara yang sejuk dan segar sehingga banyak terdapat hotel di Bandungan. 

Adapun obyek wisatanya yang terkenal yaitu Candi Gedongsongo. Di Bandungan terdapat banyak objek wisata yang menarik seperti di daerah Sidomukti, di sana terdapat arena outbond yang menantang dan pemandangannya indah.
Apa saja yang dapat di nikmati di Bandungan Semarang? diantaranya yaitu pegunungan Ungaran, yang mempunyai udara yang bersih dan pamandangan yang menawan. Kemudian anda juga bisa menikmati hasil bumi yaitu berupa buah-buahan dan sayuran yang masih segar. 

Dan yang terakhir adalah Gedong Songo yang merupakan peninggalan candi Hindu. Selain menikmati wisata alam, anda dan keluarga juga bisa menikmati fasilitas outbond yang telah disediakan di kompleks Bandungan Semarang yaitu Treetop Adventure Park.

Umbul Sido Mukti Semarang


Kawasan wisata umbul Sidomukti merupakan salah satu Wisata Alam Pegunungan di Semarang, berada di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Kawasan wisata ini dengan didukung fasiltas & Servis: Outbond Training, Adrenalin Games, Taman Renang Alam, Camping Ground, Pondok Wisata, Pondok Lesehan, serta Meeting Room.

Ada empat buah kolam yang bertingkat dan dapat dipilih sesuai kedalaman yang diinginkan. Airnya sangat dingin, jernih dan menyegarkan. Selain itu ditambah pula dengan beberapa sarana olahraga menantang keberanian di sisi kolam. Terdapat lintasan flying fox dengan dua pilihan track, marine bridge di lembah, rapeling menuruni lembah sisi kolam, dan ATV, kolam renang alami dan jalur trekking. Taman renang umbul alam Umbul Sidomukti terletak di lereng gunung ungaran dengan ketinggian 1200 dpl, diapit jurang dikedua sisinya.

Flying fox dengan panjang lintasan 110 meter, dengan jarak ketinggian dari titik terendah lembah sekitar 70 meter. Flying fox ini menyeberangi lembah, jadi seakan berpindah dari lereng bukit ke bukit di seberang dengan bergantung pada dua utas tali dan pengaman serta helm. Seperti biasa, flying fox dapat dilakukan dengan memilih gaya terlungkup seperti superman sedang terbang, atau gaya duduk biasanya. Tarif karcis flying fox lembah ini hanya 12.000 IDR, tak mahal untuk sekedar menguji keberanian.

Tiket parkir mobil 2.000 IDR. Tiket masuk untuk hari biasa 4.000 rupiah per orang dan 5.000 rupiah pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur. Ingin mencoba marine bridge? Siapkan 7.000 IDR untuk tiketnya. 6.000 IDR untuk rapeling, dan 15.000 – 20.000 IDR untuk 3x putaran ATV. Selain tiket reguler, pengelola juga menawarkan paket untuk kelompok berisi minimum 20 orang untuk corporate event seperti trekking.
Umbul Sidomukti dapat ditempuh dari arah Semarang menuju Solo, sampai menemukan pom bensin Lemah abang di sisi kiri jalan, belok kanan menuju ke arah Bandungan. Sampai di Pasar Jimbaran di sisi kiri, akan ada gang bertuiskan sidomukti di sisi kanan dengan jalan menanjak. Di sepanjang jalan kecil ada beberapa papan petunjuk untuk sampai ke Taman Renang Alam Umbul Sidomukti, Desa Sidomukti, Bandungan, Semarang.

Bus ukuran besar tidak bisa masuk ke area ini karena jalannya sempit, bus mini atau bis ukuran kecil untuk masuk perlu sopir dengan kemampuan sangat bagus.

Keindahan pesona alam Kawasan wisata umbul Sidomukti memang mempesona, untuk jalan jalan keluarga maupun corporate event bisa menjadi salah satu tujuan.
KAWASAN WISATA UMBUL SIDOMUKTI
Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kab. Semarang, Jawa Tengah.
PT. PANORAMA AGRO SIDOMUKTI.
Nomor Telepon. 024 70128686 Fax. 024 70128787
Email : marketing@umbulsidomukti.com
Website : www.umbulsidomukti.com
Facebook : umbul sidomukti

Pasar Antiq Triwindu Solo

 
Pasar antik solo yang konon berdiri di tahun 1945 ini pun bangunannya juga antik. Dari depan pasar, kita disambut dengan dua patung besar loroblonyo ( patung pengantin cewek cowok dalam posisi duduk yang biasa ada di Jawa yang melambangkan kesuburan dan kebahagian) dan ada juga topeng kayu di sisi baratnya. 

 
Bangunan pasar antik ini terbuat dari kayu dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama dipenuhi dengan kios kios yang menjual aksesoris, pajangan, buku atau apapun deh yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Saya suka terkagum kagum sendiri menemui barang yang saya lihat. Misalnya tusuk konde eyang zaman dulu dan berbagai perhiasan yang mungkin sudah tidak eksis lagi di toko emas tapi tergantung di sini. Walaupun terselimut dengan debu, pancaran warna kuning emasnya masih cantik. Mbak mbak penjual meyakinkan saya kalau kualitasnya memang masih bagus. Tinggal dicuci saja. Saya juga melihat kumpulan foto hitam putih yang jadul banget sampai fotonya sudah lengket satu sama lain. Terus kepikiran apa ada yang membeli foto foto ini yah? mungkin bagi seseorang yang ingin menelusuri jejak keluarganya, boleh nih diliat dulu koleksi fotonya.

Melihat begitu banyak aneka barang antik, saya jadi bertanya tanya dari mana benda benda ini didapatkan. Si mbak penjual mengatakan bahwasanya sebagai penjual, dia juga pembeli benda benda antik dari masyarakat sekitar. Atau bisa juga melakukan barter.

Konon menurut sumber, ada juga beberapa barang milik keraton yang dapat dibeli di sini. Barang tersebut biasanya merupakan hadiah kepada abdi dalem keraton dan lantas dia jual kembali ataupun didapat dari kerabat keraton. Wiih maka kita harus pintar pintar hunting barang antik. Namun jangan sampai ketipu yah. Ada juga beberapa barang yang sebenarnya bukan barang bekas (alias baru) namun juga di jual di sini. Nah sekali lagi kita juga harus jeli melihat barangnya!

Di lantai dua, suasana makin sepi karena mayoritas lapak di sini menjual alat alat besar dan alat alat otomotif kuno yang sudah tidak ada di pasaran. Mungkin keadaannya justru mirip bengkel kalau menurut saya. Ada juga dijual furniture furniture kuno yang digunakan segerombolan bapak bapak untuk duduk kongkow kongkow, menyeruput kopi, memandangi barang barang antiknya sambil terkenang masa lalu yang indah.

Pasar Klewer Solo


Menurut cerita, jaman penjajahan dulu Pasar Klewer berfungsi sebagai tempat pemberhentian kereta. Masyarakat pun memanfaatkannya sebagai tempat untuk menjual berbagai macam produk kepada para penumpang hingga akhirnya terkenal dengan nama Pasar Slompretan. Kata slompretan berasal dari slompret (terompet) karena suara kereta yang akan berangkat mirip dengan suara terompet ditiup. Pasar Slompretan ini juga dijejali dengan pedagang kecil yang menjual tekstil khususnya batik. Para pedagang ini menjajakan batiknya dengan cara dipanggul di pundak, sehingga batiknya terlihat berkleweran atau berjuntaian. Seiring dengan perjalanannya, pasar ini kemudian lebih terkenal dengan nama Pasar Klewer.

Pada tahun 1970an, pasar ini dibangun menjadi sebuah bangunan permanen berlantai dua yang cukup luas. Pembeli juga akan lebih leluasa berbelanja karena pasar dengan lebih dari dua ribu unit kios ini memiliki tangga-tangga yang cukup luas sehingga tidak ada kesan berdesak-desakan.
Pusat Grosir Batik dan Tekstil Murah

Menyusuri lorong-lorong yang cukup lebar dari satu blok ke blok yang lainnya, beragam jenis pakaian berbahan batik seolah memanggil pengunjung untuk membelinya. Mulai dari jenis kebaya, kain, baju resmi, hingga kaos batik, daster, blouse cantik dan pakaian anak-anak. Tak hanya batik Solo, pasar ini juga memiliki koleksi batik Banyumas, Pekalongan, Madura, Yogyakarta, dan lain-lain. Anda dapat dengan mudah menemukan batik cap seharga belasan ribu maupun batik tulis kualitas terbaik dengan harga lebih murah dari pada butik-butik terkenal. Kemahiran menawar akan sangat membantu mendapatkan harga terbaik. Tak hanya dijual eceran, kebanyakan kios juga melayani pembelian grosir dengan harga yang jauh lebih murah.

Naik ke lantai dua, Anda akan menemukan aneka jenis tekstil, seperti seragam sekolah, kaos, jaket, dasi, kain bahan katun hingga sutra. Uniknya, di pasar ini juga terdapat beberapa orang penjahit yang siap menyulap kain yang baru saja Anda beli menjadi jenis pakaian yang Anda inginkan dalam waktu kurang dari satu hari.

Lelah berbelanja mengelilingi pasar tekstil ini, Anda bisa berjalan ke depan ataupun samping pasar. Berbagai warung makanan siap menjadi tempat melepas lelah sekaligus mencicipi aneka makanan khas Solo. Nasi pecel, nasi liwet, tengkleng, timlo, es dawet, es gempol dan berbagai jenis makanan dan minuman lainnya siap menjadi penawar dahaga Anda.
Tips merawat batik

Untuk menjaga dan merawat batik Anda agar tetap cantik, ada beberapa tips yang layak dicoba.

    * Hindari mencuci batik menggunakan mesin cuci dan deterjen. Cucilah dengan tangan menggunakan shampo yang telah dilarutkan dalam air atau sabun mandi.
    * Jemur di tempat yang teduh tanpa diperas terlebih dahulu. Hindari menjemur di bawah sinar matahari langsung dan biarkan kering secara alami.
    * Lapisi batik dengan kain lainnya jika hendak disetrika. Hindarkan terkena panas langsung dari setrikaan.
    * Hindari menyemprotkan pewangi pakaian, pelembut pakaian ataupun parfum langsung ke batik.

Kraton Kasunan Solo

Kraton Surakarta Hadiningrat atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Kraton Kasunanan Surakarta telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Kraton ini adalah “penerus” dari Kerajaan Mataram Islam. Setelah berganti-ganti pusat pemerintahan mulai dari Kotagede, Pleret hingga Kartasura, pemberontakan kuning oleh etnis Tionghoa memaksa Mataram untuk memindahkan Kratonnya ke Desa Sala. Konflik internal dan campur tangan Belanda kemudian memaksa kerajaan ini pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1755 melalui perjanjian Giyanti.

Perjalanan diawali dari gerbang Kraton paling utara yaitu gapura Gladag. Gapura ini dijaga oleh dua arca Dwarapala bersenjata gada. Menyusuri ruas jalan yang teduh dengan pohon beringin tua di kanan kirinya, kami sampai di Alun-Alun Utara. Layaknya gaya khas sebuah tata kota tua, Kraton Kasunanan Surakarta terletak dalam satu kompleks dengan Alun-Alun dan Masjid Agung. Sebuah pendapa terbuka besar berdiri megah tepat di seberang alun-alun, sementara bangunan utama kraton berada di belakangnya. Di dalam bangunan utama ini terdapat sebuah museum yang dulunya merupakan kompleks perkantoran pada jaman Paku Buwono X. Bangunan ini terbagi atas 9 ruang pameran yang berisi aneka macam benda dan pusaka peninggalan Kraton, hingga diorama kesenian rakyat dan upacara pengantin kerajaan lengkap dengan berbagai macam peralatannya.

Sebuah lorong sempit menghubungkan museum dengan kompleks utama kraton. Untuk menghormati adat istiadatnya, kita tidak diperbolehkan mengenakan celana pendek, sandal, kaca mata hitam, dan baju tanpa lengan. Sandal juga dilepas dan kita harus berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pelataran yang konon diambil dari Pantai Selatan. Pohon Sawo Kecik yang menaungi pelataran membuat udara senantiasa sejuk. Secara jarwa dhosok, nama pohon itu dimaknai sebagai lambang yang artinya sarwo becik atau serba baik. Yang menarik adalah patung-patung Eropa yang menghiasi istana sehingga menghasilkan kombinasi apik arsitektur Jawa Kuno dengan sentuhan Eropa. Patung-patung ini merupakan hadiah dari Belanda yang dulu memang memiliki hubungan sangat dekat dengan Kasunanan Surakarta. Sebuah menara tinggi di sebelah selatan pelataran bernama Panggung Songgobuwono menjadi ciri khas kraton ini.

Belum puas menjelajahi bangunan kraton, kami meminta seorang tukang becak untuk mengantar mengelilingi seluruh kompleks kraton. Duduk santai di dalam becak menyusuri jalan-jalan di dalam kraton menjadi pengalaman tersendiri. Sampai di Alun-Alun Selatan, terlihat dua gerbong kereta tua terparkir disana, yaitu Kereta Pesiar Raja dan Kereta Jenazah. Namun gerbong-gerbong ini sudah tidak lagi berfungsi karena rel-relnya sudah banyak yang berubah menjadi pemukiman penduduk. Di sisi alun-alun yang lain, sekawanan kerbau putih yang terkenal dengan sebutan kebo bule Kyai Slamet terlihat asyik merumput. Kerbau-kerbau ini dianggap keramat oleh masyarakat Solo dan selalu diarak pada kirab sekatenan ataupun kirab malam 1 Sura.

Lava Tour Jelajah Ex Erupsi Merapi


Daerah Kaliadem dulunya merupakan daerah wisata sungai yang menjanjikan keindahan dan keasrian alam pegunungan dengan aliran air sungai yang jernih dan dingin. Kini daerah wisata Kaliadem tersebut telah berubah nama menjadi daerah wisata LAVA TOUR ex-Kaliadem. Akibat letusan gunung Merapi kala itu, daerah ini tertimbun dengan material Lava gunung Merapi.
Banyak rumah-rumah tertimbun material Lava tersebut, dan daerah Kaliadem ini pun bagaikan hilang tenggelam dikubur Lava. Meskipun begitu, kita tetap bisa berkunjung ke sana untuk bisa mengetahui jejak-jejak aliran Lava Merapi dengan latar belakang Gunung Merapi yang nampak begitu eksotik. Keadaan di sana pun tetap dibiarkan apa adanya sejak kejadian meletusnya gunung Merapi tersebut.
Untuk bisa mengakses daerah Lava Tour ini, kita diwajibkan membayar 5000 rupiah per orang. Selain itu di sini juga tidak terdapat banyak fasilitas-fasilitas obyek wisata pada umumnya, semua benar-benar dari alam. Obyek wisata Kaliurang merupakan daerah lereng merapi, oleh karena itu obyek wisata yang satu ini merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki hawa dingin dan sejuk. Bisa dikatakan Kaliurang ini merupakan “PUNCAK”-nya kota Yogyakarta, dengan lokasi yang cukup dekat, hanya sekitar 40-60 menit perjalanan dari kota Yogyakarta.

 
Keunikan dari Kaliurang yang lain adalah, di sini jalan-jalan raya (aspal) yang bisa dilalui oleh mobil terdapat banyak cabang yang semuanya saling terhubung antara satu sama lainnya, sehingga kita bisa menghabiskan waktu dengan sekadar memutari jalan-jalan di daerah wisata ini. Selain itu, di sini juga banyak terdapat villa-villa maupun penginapan dengan harga yang variatif, mulai dari 40 ribuan hingga ratusan ribu per malam, tergantung fasilitas dan lokasi yang ditawarkan.

HS Silver

 
HS SILVER berdiri pada tahun 1953 dengan tujuan melestarikan kebudayaan warisan nenek moyang, karena Kotagede terkenal sebagai pusat kerajinan perak Yogyakarta. HS SILVER didirikan oleh Bapak dan Ibu Harto Suhardjo, yang semula bergerak dalam bidang perhiasaan imitasi dengan nama "Terang Bulan". 
 
Kemudian pada akhir tahun 1953 Terang Bulan mengembangkan usaha ke bidang kerajinan perak. Sesuai dengan tradisi yang ada di Kotagede, untuk nama perusahaan atau toko kerajinan perak biasanya menggunakan nama pemilik sebagai nama perusahaan, oleh karena iyu nama Terang Bulan diganti dengan nama HS SILVER. 
 
HS SILVER adalah kependekan dari nama pemilik "Harto Suhardjo", dan SILVER adalah jenis usaha kerajinan yang dikerjakan dan dihasilkan. Semenjak didirikan HS Silver sudah menjadi anggota Koperasi Produksi dan Pebgusaha Perak Yogyakarta (KP3Y). Pada tahun 1965 HS SILVER membuka artshop di Jl. Mondorakan No. 1 Kotagede, Jogjakarta sampai sekarang. 
 
Untuk memperluas pemasarannya, di tahun 1975 HS Silver mendirikan cabang di Bali dengan tempat yang belum menetap. Kemudian di tahun 1980 HS Silver cabang Bali mendapat tempat usaha tetap di Jl. WR. Supratman No 42A. Tahun 1998 tempat usaha berpindah ke Jl. Batuyang No.  2 Batu Bulan Gianyar, Bali sampai sekarang. Pada tahun 1990 nama perusahaan diubah menjadi HS Silver 800-925, artinya HS Silver adalah abreviasi seperti keterangan diatas, 800-925 melambangkan kadar perak yang dapat dikerjakan. 800 adalah kadar kerajinan perak terendah dan 925 adalah kadar kerajinan perak yang dapat dibentuk dalam hitungan prosentase.

Alamat asli di Kotagede:
Jl. Mondorakan No.1 Kotagede, Yogyakarta.
Website: http://hssilver.com

Museum Kereta Kencana


Museum Kereta Kencana berada di kompleks Ndalem Keraton Nyayogyakarta. Museum ini menyimpan koleksi kereta kuda milik sultan Yogya yang antik dan berusia tua, bahkan ada yang sampai ratusan tahun. Kereta kuda merupakan alat transportasi yang digunakan oleh kesultananYogya pada masa lampau baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan keraton.
 
Museum ini memiliki koleksi kereta sebanyak 23 buah. Dulu, museum ini merupakan garasi bagi kereta - kereta tersebut. Berikut nama - nama kereta yang ada di museum ini :

    * Kyai Jongwiyat
    * Kyai Jolodoro
    * Roto Biru
    * Kyai Rejo Pawoko
    * Premili
    * Kus No.10 (baca: Kus Sepuluh)
    * Kapulitin
    * Kyai Kuthakaharjo
    * Kus Gading
    * Kyai Puspoko Manik
    * Roto Praloyo
    * Kyai Jetayu
    * Kyai Harsunaba
    * Kyai Wimonoputro
    * Kyai Manik Retno
    * Kanjeng Nyai Jimad
    * Mondrojuwolo
    * Garuda Yeksa
    * Landower Wisman
    * Landower Surabaya
    * Landower
    * Kyai Noto Puro

Hampir sebagian besar kereta tersebut dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII dari Eropa. Layaknya kereta, tentu harus ada kuda yang menariknya. Dimana kuda-kuda dipelihara? Rupanya disediakan tenpat khusus untuk mereka, tepat di sebelah museum.

Kereta Garuda Yeksa
Diantara sekian banyak kereta, yang paling tua adalah Kanjeng Nyai Jimad, buatan Belanda tahun 1750. Ini adalah kereta yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari Sri Sultan HB I-III. Sementara itu, kereta yang digunakan untuk penobatan sultan adalah Garuda Yeksa yang seluruh bagian kereta tersebut berlapis emas 18 karat, termasuk simbol garudanya seberat 20 kg.


Kereta Roto Praloyo
Sedangkan kereta untuk putra-putri sultan saat remaja adalah Kyai Jetayu. Ada juga kereta jenazah yang membawa jasad sultan ke Imogiri (kompleks pemakaman raja-raja di Jawa Tengah), yaitu Roto Praloyo. Selain kereta, terdapat juga replika pelana kuda milik Sri Sultan HB VIII yaitu pelana Kyai Cekatha. Pelana sultan yang asli berhiaskan emas dan berlian.

Mesjid Bawah Tanah


MASJID bawah tanah Sumur Gumuling berada di komplek wisata Tamansari. Untuk menuju lokasi, pengunjung bisa berjalan kaki menyusuri lorong-lorong bawah tanah. Suasana klasik terasa begitu kaki menjejaki anak tangga dan melewati lorong tersebut.

Lokasi masjid bisa dijangkau dari parkiran sepeda motor di depan pintu masuk Tamansari ke arah utara. Kemudian belok kiri hingga menemukan pintu masuk. Ikuti lorong tersebut hingga menemukan bangunan masjid berbentuk bulat dan berwarna coklat muda atau krim.

Namun jangan dibayangkan bentuk masjid ini seperti kebanyakan masjid lainnya. Karena juga difungsikan sebagai benteng, bentuk bangunan ini terlihat kokoh dan besar. Sejak tahun 1812 bangunan masjid sudah tidak difungsikan.

Keterangan Parjio, staf karyawan Tamansari, masjid tersebut didirikan tahun 1765. Kata dia, masjid bawah tanah merupakan peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan difungsikan hingga masa kepemimpinan Sultan HB II.
"Masjid juga difungsikan sebagai benteng perlindungan bawah tanah," kata Parjio yang bertugas di loket penjualan tiket.

Ia mengatakan, masjid tak lagi digunakan setelah Keraton membangun Masjid Gedhe Kauman yang berada di sebelah barat Alun-alun lor Yogyakarta.

"Tidak lagi dipakai setelah ada gempa besar dan dibangun masjid gedhe Kauman," lanjutnya.

Menurutnya, Masjid Sumur Gumuling  sangat unik, karena dibangun bawah tanah agar suara muazin atau khatib terdengar ke seluruh penjuru masjid. Di masing-masing lantai terdapat dua mihrab atau tempat berdiri imam untuk memimpin salat jemaah.

Pada bagian dalam bangunan masjid, terdapat sumur dikelilingi lima tangga yang melambangkan jumlah rukun Islam. Persis di bawah tangga yang saling bertemu di tengah terdapat kolam air dari sumur gumuling.

Bagian atas masjid membentuk bulatan tanpa atap. Di bagian dinding juga terdapat banyak ventilasi sehingga cahaya matahari leluasa menerangi bagian dalam masjid.

"Disebut gumuling karena bentuknya bulat seperti guling," kata juru pelihara masjid tersebut, Cipto Wiarjo (70), warga setempat.

Menurutnya keunikan bangunan masjid adalah dibangun dengan tembok tebal. Hampir sekitar 1,25 meter ketebalannnya. Kata dia, batubata direkatkan tidak dengan semen seperti sekarang namun menggunakan bahan alami seperti putih telur.

Ia mengatakan masjid tersebut ramai dikunjungi wisatawan. Diantaranya untuk foto narsis atau prewedding dan lainnya. Dengan berkunjung ke masjid tersebut menyiratkan jejak perkembangan islam di Keraton Yogyakarta dan kemegahan arsitektur masa lalu.

Taman Sari


Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah sebuah umbul (mata air). Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa peperangan, beliau memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di umbul yang terletak 500 meter selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman Sari.

"Dari atas Gapura Panggung ini Sultan biasa menyaksikan tari-tarian di bawah sana. Bangunan-bangunan di sampingnya merupakan tempat para penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka," terang seorang pemandu ketika kami memasuki Taman Sari. Dari Gapura Panggung, pemandu membawa kami masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung menyapa. Airnya yang jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang mengitarinya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).


Sebuah periuk tempat istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri ketika kami memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi periuk memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di samping lemari pakaian Sultan tersebut. Bisa dibayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita cantik menunggu air di periuk ini hingga tenang lalu dia menundukkan kepalanya, memperbaiki riasan dan sanggulnya, memperindah raganya sembari bercermin. Selain periuk dan kamar pribadi Sultan, di menara yang terdiri dari tiga tingkat ini ada tangga dari kayu jati yang masih utuh terawat sehingga memberi kesan antik bagi siapa pun yang melihatnya. Naik ke tingkat paling atas, pantulan mentari dari kolam di bawahnya dan seluruh area Taman Sari terlihat dengan jelas. Mungkin dahulu Sultan juga menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan Taman Sari yang masih lengkap dengan danau buatannya dan bunga-bunga yang semerbak mewangi.

Selepas menikmati pemandangan dari atas menara, pemandu lalu membawa Kami menuju Gapura Agung, tempat kedatangan kereta kencana yang biasa dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang dominan dengan ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan yang hendak memasuki Taman Sari. Pesanggrahan tepat di selatan Taman Sari menjadi tujuan berikutnya. Sebelum berperang, Sultan akan bersemedi di tempat ini. Suasana senyap dan hening langsung terasa ketika kami masuk. Di sini, Sultan pastilah memikirkan berbagai cara negosiasi dan strategi perang supaya kedaulatan Keraton Yogyakarta tetap terjaga. Areal ini juga menjadi tempat penyimpanan senjata-senjata, baju perang, dan tempat penyucian keris-keris jaman dahulu. Pelatarannya biasa digunakan para prajurit berlatih pedang.

Kami pun berpisah dengan pemandu di depan Gapura Agung. Namun, ini bukan berarti perjalanan terhenti karena masih ada beberapa tempat yang harus disinggahi seperti Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Untuk menuju tempat tersebut, Anda harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan Taman Sari dengan keraton dan juga Pulo Kenongo. Lorong bawah tanah yang lebar ini memang untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar dari Tajug, Anda akan melihat bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak ditumbuhi bunga kenanga yang menyedapkan Taman Sari. kami pun menuju Sumur Gumuling, masjid bawah tanah tempat peribadatan raja dan keluarga. Bangunan dua tingkat yang didesain memiliki sisi akustik yang baik. Jadi, pada zaman dahulu, ketika imam mempimpin shalat, suara imam dapat terdengar dengan baik ke segala penjuru. Sekarang pun, hal itu masih dapat dirasakan. Suara percakapan dari orang-orang yang ada jauh dari kita terasa seperti mereka sedang berada di samping kita. Selain itu, Untuk menuju ke pusat masjid ini, lagi-lagi harus melewati lorong-lorong yang gelap. Sesampainya di tengah masjid yang berupa tempat berbentuk persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, keagungan semakin terasa. Ketika menengadahkan kepala terlihat langit biru. Suara burung yang terdengar dari permukiman penduduk di area Taman Sari semakin menambah tenteram suasana.

Persinggahan terakhir adalah Gedung Kenongo. Gedung yang dulunya digunakan sebagai tempat raja bersantap ini merupakan gedung tertinggi se-Taman Sari. Di tempat ini Anda dapat menikmati golden sunset yang mempesona. Keseluruhan Taman Sari pun bisa dilihat dari sini, seperti Masjid Soko Guru di sebelah timur dan ventilasi-ventilasi dari Tajug. Puas dengan kesegaran air dari Taman Sari, langit akan menyapa. Pemandangan yang indah sekaligus mempesona ditawarkan Taman Sari. Pesona air yang apik berpadu dengan tembok-tembok bergaya campuran Eropa, Hindu, Jawa, dan China menjadi nilai yang membuat Taman Sari tak akan terlupakan.

Jam Buka: Senin - Minggu, pukul 09.00 - 15.30 WIB

Tiket:

    * Wisatawan Domestik: Rp 3.000
    * Wisatawan Mancanegara: Rp 7.000
    * Guide: nego (Rp 10.000 - Rp 20.000)

Keterangan:
harga tiket diperoleh pada perjalanan bulan Januari 2012. Untuk tarif pemandu bervariasi, tergantung kesepakatan bersama.

Bakpia Djava

Lahir di Kampung Pathuk pada tahun 1970-an, Bakpia Djavapada mulanya hanyalah industri rumahan. Proses produksi seluruhnya dilakukan secara sederhana. Mulai dari pemilihan bahan, proses pembuatan, hingga pengemasan. Semua dilakukan secara manual. Kapasitas produksi pun sangat terbatas dengan pemasaran yang hanya dijajakan keliling kampung.
Rasa lezat berkat resep tradisional dan tempo doeloe yang digunakan membuat Bakpia Djava semakin digemari. Pemasaran yang semula hanya dengan keliling kampung kemudian diubah. Untuk memnuhi banyaknya permintaan, pada tahun 2000 Bakpia Djava membangun sebuah toko di Kampung Pathuk No. 93. Dalam perkembangan sejarahnya, jalan di kampong ini kemudian diberi nama Jl. Aipda KS Tubun. Pada tahun ini pula nama Bakpia Djava secara resmi ditetapkan sebagai nama toko.
Bagi sebagian besar kalangan, pemilihan Bakpia Djava sebagai keluar dari tradisi toko bakpia yang saat itu hampir seluruhnya menggunakan “angka” sebagai nama toko. Namun, bagi Bakpia Djava, inilah yang mesti dilakukan sebagai respon atas perkembangan dunia pariwisata yang mengalami perubahan sedemikian signifikan. Pariwisata tidak lagi menjadi kebutuhan tersier, tapi kebutuhan sekunder. Dalam dunia pendidikan, pariwisata bahkan telah menjadi bagian dari metode pendidikan luar ruang.
Sikap responsif atas perkembangan dunia pariwisata inilah yang membuat Bakpia Djava terus berkembang. Pada tahun 2008, Bakpia Djava kembali membangun toko di Jl. Adisutjipto km 8,5 Jogjakarta. Dengan nama yang sama, toko ini merupakan upaya Bakpia Djava melayani konsumen yang terus bertambah. Hanya berselang dua tahun, tepatnya tahun 2010, kembali mendirikan toko. Berdampingan dengan toko sebelumnya, toko baru dengan lahan parkir sangat luas ini juga diberi nama sama, Bakpia Djava.
Pemilihan nama Bakpia Djava sekali lagi terbukti bukan sekedar untuk tampil beda dengan toko-toko sejenis yang hampir semuanya menggunakan angka sebagai nama. Terbukti, dalam perjalanan waktu, Bakpia Djava justru berkembang pesat. Pemilihan nama Bakpia Djava memiliki makna filosofis “the past is new”. Sejarah dan tradisi masa lalu adalah kebaruan. Dengan tag line “Resep Tradisional Tempo Doeloe” Bakpia Djava tetap setia dan konsisten menggunakan resep tradisional yang tanpa bahan kimia untuk setiap produk yang dijual secara modern.
Konsistensi tradisional juga dilakukan dengan menempatkan dapur produksi di toko sehingga konsumen bisa melihat langsung proses pembuatan bakpia. Bukan itu saja, kepada konsumen yang tertarik untuk merasakan sensasi saat membuat sendiri bakpia yang akan dibeli, dengan senang hati kru produksi Bakpia Djava akan mendampingi.
Visi & Misi
Visi Bakpia Djava adalah menjadi produsen bakpia yang paling lezat dan menjadi toko oleh-oleh paling lengkap dengan layanan yang prima. Sedangkan misinya adalah menjaga bakpia sebagai ikon oleh-oleh khas Jogjakarta dan menjaga penganan tradisional lain tetap lestari.
Menjaga bakpia sebagai ikon oleh-oleh khas Jogjakarta dilakukan Bakpia Djava salah satunya dengan membuat bakpia raksasa seberat dua ton. Melibatkan 29 juru masak dan oven yang dirancang khusus pembuatan bakpia raksasa ini digelar di Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, Jogjakarta pada 12 Juni 2010. Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat mahakarya ini ke dalam Buku Rekor sebagai Bakpia Terbesar di Indonesia. Selain itu MURI juga mengganjar Bakpia Djava atas rekor makan bakpia massal dengan peserta terbanyak yakni 1.300 orang.
Komitmen untuk menjaga penganan tradisional tetap lestari diwujudkan Bakpia Djava dengan menjadikan toko sebagai kelas bagi para siswa untuk belajar membuat bakpia. Bakpia Djava membuka pintu selebar-lebarnya bagi sekolah yang ingin melakukan kunjungan dalam kerangka pendidikan luar ruang.

Konsep Toko dan Layanan
Dapur Bukan Rahasia
Berbeda dengan toko lain yang merahasiakan proses produksi, Bakpia Djava justru membuka pintu selebar-lebarnya kepada konsumen untuk melihat langsung proses pembuatan bakpia. Bahkan, di toko Bakpia Djava Jl. Adisutjipto Km 8,5 Jogjakarta, dapur produksi justru berada tepat di depan pintu masuk. Konsumen bias melihat langsung seluruh proses produksi. Mulai dari pembuatan kulit, isi, pemanggangan, hingga pengemasan.
Icip-icip
Khusus untuk bakpia, konsumen diperbolehkan mencicip dan mencecap kelezatan bakpia sesuai ragam rasa yang diinginkan. Sesuai dengan misi untuk melestarikan makanan tradisional, Bakpia Djava juga menyediakan aneka makanan khas dari Jogjakarta dan sekitarnya.
Pilih Sendiri
Berbeda dengan self service di swalayan atau mal, di toko Bakpia Djava konsumen dipersilahkan memilih sendiri bakpia dan oleh-oleh lain yang ingin dibeli. Pramuniaga akan mendampingi, memberikan referensi serta membantu konsumen.
Pembayaran yang Mudah
Toko Bakpia Djava menyediakan sejumlah kasir lengkap dengan mesin hitung. Selain agar tidak terjadi antrian, konsumen juga bias melihat langsung jumlah yang harus dibayar secara transparan. Kepada konsumen yang menggunakan kartu kredit juga tersedia fasilitasnya.
Kemasan
Bakpia Djava juga menyediakan layanan pengepakan gratis kepada konsumen agar oleh-oleh yang dibeli tidak rusak dan cita rasanya tetap lezat.
Pesan Antar
Kepada konsumen yang terbatas waktunya karena kesibukan dan tugas yang padat, Bakpia Djava menyediakan layanan pesan antar.

Merapi Golf

Lapangan dengan 18 hole, 6370 meter par 72 terletak 30 menit berkendara dari kota kuno Yogyakarta. Rancangan LAPANGAN GOLF MERAPI yang mempesona sungguh merupakan mahakarya lapangan golf, yang diciptakan oleh master lapangan golf: Thomson, Woverride & Perret.

Perpaduan keindahan alam dan kesegaran cuaca pegunungan, lansekap berbukit-bukit yang menantang dengan bebatuan gunung yang telah berumur berjuta-juta tahun menjadikan lapangan golf ini sebagai salah satu lapangan yang paling menarik di Jawa Tengah dan tak mudah dilupakan.

Masing-masing hole dirancang dan ditempatkan dengan hati-hati dan lain dari yang lain dengan kesulitannya tersendiri, menyajikan ujian yang hebat untuk clubbing.

Lingkungan yang tenang dan damai, pemandangan yang indah menakjubkan, menjadikan para pegolf menikmati permainan dan tentu saja tidak akan melewatkan lapangan yang menantang ini. Lapangan ini sungguh menjadi tempat para pecinta golf bermain tanpa gangguan udara panas ataupun polusi.

Candi Ratu Boko

Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.


Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.


Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.

Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.

Sumur penuh misteri akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. kami menyarankan anda berkunjung ke Candi Prambanan sehari sebelum Nyepi jika ingin melihat proses upacaranya.

Melangkah ke bagian timur istana, anda akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.
Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat indah. Seorang turis asal Amerika Serikat mengatakan, "Inilah senja yang terindah di bumi."

 
Support : EBook Gratis | Software Gratis | Toko Online
Copyright © 2013. Radjo Travel - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger